Saturday, August 15, 2015

Perbedaan Bali dan Bangkok

Mengapa Bali belum mampu menjaring turis asing sebanyak Bangkok?

DSCN0475Bali TempleBali dan Bangkok adalah 2 dari sekian tujuan populer turis asing di Asia Tenggara. Keduanya memiliki keunikan tersendiri yang menjadi daya tarik bagi turis asing. Tapi bagi saya, Bali tetap memiliki potensi lebih besar dibandingkan Bangkok. Bali terbilang lebih unik, lebih lengkap, ada pantai ada gunung, menawarkan ketenangan juga hingar bingar. Dari tradisional hingga sentuhan modern. Bali cocok dikunjungi anak-anak, remaja, dewasa hingga oma-opa. Namun dalam hal menjaring turis asing, ternyata Bali masih kalah dibandingkan Bangkok. Tahun lalu Bangkok kedatangan lebih 9 juta turis asing, sementara baru 1.968.892 juta turis asing menikmati keindahan pulau Bali tahun lalu. Mengapa demikian?


Bali sebenarnya destinasi yang sangat populer di dunia terbukti dengan seringnya mendapatkan penghargaan sebagai destinasi turis terbaik. Namun itu saja belum cukup untuk membuat turis asing berduyun-duyun datang ke Bali, dan lebih banyak memilih Bangkok. Meskipun kalah dalam angka kunjungan, sebenarnya masa tinggal turis-turis asing di Bali lebih lama dibandingkan masa tinggal turis asing di Bangkok. Begitu juga dengan besar pengeluaran per hari turis asing ke Bali juga lebih tinggi dibandingkan dolar yang dikeluarkan turis asing di Bangkok. Ketertinggalan raihan turis asing di Bali diantaranya disebabkan oleh beberapa hal :
  • Posisi Bali bisa dibilang cukup jauh dari jalur wisata dunia. Bali sendirian di selatan katulistiwa sementara tujuan turis bagian selatan lainnya, Australia & New Zealand, berjarak cukup jauh. Tujuan turis di Pacific lainnya juga berjarak sangat jauh. Turis asing ke Bali memang dengan niatan berlibur ke Bali, tidak seperti Bangkok yang sebagian karena hanya stop-over saja. Posisi ini juga yang menjadikan tour operator dunia tidak cukup leluasa mengemas paket wisatanya.
  • Penerbangan ke Bali tidak sebanyak penerbangan asing ke Bangkok. Ini disebabkan posisi Bali memang tidak se-strategis Bangkok. Bangkok berada pada jalur utama penerbangan international dan berfungsi sebagai hub international. Suvarnabhumi International Airport memberikan ‘hak angkut kelima’ bagi airline-airline asing (termasuk Garuda Indonesia), dan ini mendorong trafik penerbangan dari dan ke Bangkok lebih sering. Sementara itu pemerintah Indonesia tidak memberikan hak angkut kelima ini untuk Ngurah Rai Airport. Semua airline asing yang mendarat ke Bali akhirnya hanya bisa kembali ke negaranya dan tidak dapat meneruskan ke negara lain di luar asal airline itu. Misalnya, Singapore Airline hanya dapat menerbangkan pesawatnya ke Bali dan kembali ke Singapore lagi. Jika Singapore Airline mendapatkan hak angkut kelima, maka dimungkinkan Singapore Airline terbang ke Bali dan melajutkan penerbangannya ke Australia. Begitu juga turis China yang akan berlibur ke Australia hanya bisa singgah ke Bali jika menggunakan Garuda Indonesia. Garuda Indonesia sendiri hingga saat ini belum memiliki penerbangan international dalam jumlah banyak.
  • Infrastruktur di Bali relatif tertinggal dibandingkan Bangkok, terutama untuk transportasi lokal. Bangkok memiliki moda transportasi umum yang cukup murah (MRT & BTS) sementara di Bali turis asing harus menggunakan taxi, yang tarifnya juga tidak lebih murah dibandingkan taxi di Bangkok.
  • Pemerintah Thailand melakukan promosi lebih gencar dibandingkan dengan Indonesia. Saya melihat pemerintah Thailand lebih fokus pada industri wisatanya mengingat industri ini memberikan sumbangan cukup besar pada GDP negara itu. Sementara Indonesia masih berkutat dengan keterbatasan anggaran promosinya. 
  • Berlibur ke Bali dipersepsikan lebih mahal dibandingkan ke Bangkok. Dan ini ada benarnya juga, khususnya bagi turis-turis asing (apalagi kelas backpackers) dari kawasan ASEAN, Asia Selatan dan Asia Timur. Dan faktanya memang tarif hotel, transportasi lokal di Bangkok relatif lebih murah dibandingkan Bali, meskipun di Bali juga tersedia fasilitas penginapan murah. Persepsi ini dapat dikikis dengan desain promosi yang pas, dan ini ditunjang dengan makin banyaknya rute Air Asia ke Bali.
Dari situs Thailand Authority of Tourism (TAT) dan Bali Tourism Board diperoleh data bahwa turis dari semua kawasan lebih banyak berkunjung ke Bangkok daripada ke Bali, bahkan turis dari Australia yang lokasinya lebih dekat ke Bali sekalipun. Lihat juga bagaimana Bangkok mampu menjaring lebih dari 4 juta turis dari Asia Timur dan 3 juta lebih dari Eropa. Kedua kawasan ini merupakan pemasok turis utama dan Bali memiliki peluang besar menarik turis dari kawasan ini.



Sekarang kita bandingkan 10 besar asal turis ke Bali, dan ternyata diperoleh kenyataan yang sama. Dari sepuluh negara itu semuanya lebih banyak memasok turis ke Bangkok. Kecuali Australia, semuanya memang lebih dekat ke Bangkok. Turis Jepang yang mendominasi Bali di tahun lalu ternyata hanya 33,52% dibandingkan yang datang ke Bangkok. Persentase lebih bagus adalah kedatangan turis Taipei sebesar 38,22%. Raihan lumayan ini juga ditopang oleh penerbangan Taipei Bali sebanyak 3 kali per hari (China Airline & EVA Air). Sedangkan turis dari Australia yang datang ke Bali sebesar 65,48% dibandingkan yang berlibur ke Bangkok. Untuk Australia, saya masih optimis bisa meningkat lebih cepat tahun ini dengan dibukanya penerbangan baru Bali-Perth oleh Indonesia Air Asia, yang rencana terbang Bali-Darwin.
Saya tetap melihat kunjungan turis ke Bali belum mencerminkan potensi Bali yang sebenar-benarnya. Namun, potensi saja tidaklah cukup, harus diperkuat dengan usaha keras lainnya.

  • Menurut saya, rendahnya tingkat kunjungan lebih disebabkan ketersediaan jalur penerbangan ke Bali. Disaat Garuda Indonesia masih belum bisa terbang dari Bali ke Eropa, penambahan rute ini akhirnya harus mengandalkan airline asing. Penerbangan ke Eropa & Amerika perlu ditambah. Saat ini tidak ada penerbangan langsung ke kedua kawasan itu. Turis asal Eropa rata-rata harus transit di Singapore, Bangkok, Hongkok, Kuala Lumpur. Begitu juga dengan turis asal Amerika harus transit dulu di Hongkong, Singapore, Jepang, Taipei. Bahkan baru satu airline dari Timur Tengah yang sudah menerbangi Bali (Qatar Airways). Saya sangat berharap banyak pada rencana Air Asia Group yang menjadikan Bali untuk hub penerbangan ke luar negeri dari Indonesia. Air Asia yang sudah mengantongi ijin terbang ke Perth dari Bali perlu difasilitasi untuk membuka jalur-jalur lain dari Bali lainnya. Bali ke Sydney, Melbourne, Gold Coast, Adelaide disamping rencana rute keduanya ke Darwin Australia. Tidak diragukan lagi penerbangan murah ala Air Asia terbukti ampuh mendatangkan turis asing. Penerbangan ke China sangat layak untuk dipertebal mengingat potensi besar turis China, apalagi tahun ini ekonomi China masih tumbuh paling tinggi di Asia bahkan dunia. Untunglah, pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan ijin bagi Hainan Airline untuk terbang ke Bali dari Beijing & Shanghai.
  • Infrastruktur. Bali harus sesegera mungkin mengejar ketertinggalan infrastrukturnya dari Bangkok. Bagi saya, hal pertama yang harus dibenahi adalah bandaranya. Ngurah Rai sekarang tidak cukup besar & layak untuk menerima kunjungan turis lebih banyak lagi. Siapapun Presiden terpilih nanti saya berharap proyek Terminal Ngurah Rai dapat terlaksana dengan cepat. Untuk transportasi lokal, Bali saat ini baru menyediakan taxi, dan tidak seperti Bangkok yang memiliki angkutan massal seperti MRT & Skytrain. Namun Bali tidak harus meniru Bangkok. Malahan saya tidak setuju jika ada kereta layang di Bali, bagi saya itu akan mengurangi keindahan Bali. Jika Bali menyediakan angkutan massal mungkin cukup dengan semacam bis kota 3/4 bisa jadi alternatif. Terbayangkan, jika ada angkutan umum yang nyaman pada lintas Nusa Dua/Benoa melintasi Jimbaran, Kuta, Sanur, Seminyak, Canggu hingga Tanah Lot. Begitu juga untuk transportasi umum yang menghubungkan Bali Selatan dengan Bali Timur, dan Bali Utara (Singaraja).
  • Industri wisata Bangkok lebih cenderung Mass Tourism Industry, tapi Bali memiliki peluang menjadi unique destination disamping yang sifatnya massal tadi. Turis-turis dengan peminatan khusus ini akan tinggal relatif lama, dan tentu saja akan membelanjakan uangnya lebih banyak.
  • Nah kalo di Bangkok terkenal juga dengan wisata belanja, Bali sepertinya harus menambahkan fasilitas ini, meskipun bukan menjadi atraksi utama. Di kawasan populer baru sedikit shopping mall yang bagus, Discovery Shopping Mall, Bali Collection dan Bali Galeria. 
  • Bali memiliki potensi besar untuk MICE (Meeting, Incentive, Conference & Exhibition) tingkat dunia. Kawasan BTDC menurut saya sangat ideal untuk menggelar MICE dunia mengingat daya tampung hotel dan tersedianya fasilitas lainnya. MICE ini saya yakini akan mampu menjaring turis lebih besar. Kebayang kan, jika ada konferensi tingkat menteri, pasti mereka membawa rombongan keluarganya. Apalagi jika pertemuan tingkat kepala negara, dipastikan akan ada tambahan pasukan pengamanan dari negaranya. Andai saja ada pertemuan tingkat dunia yang dihadiri Presiden Obama, pasti rombongannya sebanyak isi pesawat Boeing 747-400 atau Airbus 380.
Ke depan saya tetap berharap Bali makin banyak dikunjungi turis asing tanpa harus mengorbankan lingkungan, kultur dan budaya Bali. Konsep natural, cultural, MICE tourism lebih cocok ditonjolkan dalam pengembangan industri wisata Bali. Bravo Bali, my paradise!

 


EmoticonEmoticon